Investasi di Bursa Berjangka Komoditi (BBK) justru mengalami puncak performa di tengah pademi dengan mencetak volume transaksi hampir 9 juta atau menjadi yang tertinggi dalam 17 tahun.
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang, mengatakan, terjadinya anomali ini karena masyarakat mulai berpikir bahwa kehidupan tak melulu terkait kesehatan tapi juga kesejahterahan.
” Nah pada 2021 ini kami menargetkan bisa mencapai 10 juta lot. ” kata Stepahanus dalam acara bincang-bincang yang diselenggarakan PT Rifan Financindo Berjangka, yang turut dihadiri Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Desperindag Sumatera Selatan Ahmad Mirza dan Pengamat Ekonomi Universitas (Unsri) Shelfi Malinda.
Shelfi Malinda mengatakan capaian positif itu tidak mungkin diraih jika perusahaan pialang tidak memiliki teknologi mumpuni dalam mendukung transaksi bersifat digital.
Semakin berkembangnya teknologi dan informasi di setiap bidang usaha, khususnya dalam perdagangan berjangka melalui Bursa Jakarta membuat investor semakin nyaman untuk menanamkan modalnya di sektor ini.
“Adanya teknologi ini juga memberikan rasa aman dan nyaman dalam berinvestasi,” Kata Shelfi Malinda.
Revolusi industri 4.0 telah membawa peubahan yang sangat pesat, tak terkecuali di dunia investasi sehingga lahirlah produk-produk yang mudah dijangkau, lebih nyaman dan cepat dalam hal transaksi.
Pimpinan Cabang PT Rifan Financindo Berjangka Palembang (RFB Palembang) Eko Budhi Prasetyo mengatakan investor hanya bermodalkan gadget berupa ponsel pintar atau laptop untuk bertransaksi perdagangan berjangka dimana pun dan kapan pun.
“Dulu untuk melakukan trading, setiap nasabah harus melakukan order ke broker via telepon, namun saat ini untuk trading, nasabah bisa melakukannya sendiri sesuai dengan pertimbangan investasi yang tepat,” terang Eko.
Sementara itu, dosen FE Unsri, Shelfi Malinda, mengatakan penting bagi masyarakat untuk memperlajari peluang dan resiko sebelum berinvestasi di BBK. “Jangan sampai terjebak investasi bodong, jadi pertimbangkan keuntungan dan risikonya,” Kata dia.
Antara Sumsel
[embed-google-photos-album link=”https://photos.app.goo.gl/T8GAkDGs5Li7jiE97″ mode=”carousel”]